Ngewe Sepupu Sendiri Crot Didalam 2025
Aku dan Nadira tumbuh bersama. Sebagai sepupu, kami lebih seperti saudara daripada sekadar kerabat. Liburan keluarga, ulang tahun, bahkan malam-malam saat kami terjaga karena obrolan panjang, semuanya terasa seperti cerita yang tak pernah habis.
Namun, seiring bertambahnya usia, aku mulai merasakan sesuatu yang berbeda. Rasanya aneh, karena Nadira bukan hanya sepupuku; dia juga sahabat terbaikku. Tetapi setiap senyumnya, caranya tertawa, atau bahkan ketika dia bercerita dengan semangat, membuatku merasa lebih dari sekadar nyaman.
Satu malam saat kami duduk di teras rumah nenek, hanya ditemani suara jangkrik dan langit berbintang, dia tiba-tiba berkata, “Kamu pernah merasa bingung tentang apa yang kamu rasakan terhadap seseorang?”
Aku terdiam. Jantungku berdegup lebih cepat dari biasanya. “Kenapa tanya begitu?”
Dia tersenyum, tapi ada ragu di matanya. “Kadang, aku merasa terlalu dekat dengan seseorang… tapi aku tidak tahu apakah itu salah.”
Aku tidak tahu harus menjawab apa. Ada sesuatu dalam cara dia mengatakan itu yang membuatku berpikir, apakah dia merasakan hal yang sama?
Hari-hari berlalu, dan kami semakin menjaga jarak. Bukan karena kami tidak peduli, tetapi mungkin karena takut akan jawaban yang tidak ingin kami dengar. Hingga suatu hari, aku memberanikan diri.
“Nadira,” panggilku, suaraku bergetar. “Kalau aku bilang aku merasa lebih dari sekadar sepupu, apa yang akan kamu lakukan?”
Dia menatapku lama, seolah mencoba membaca pikiranku. “Aku juga merasa begitu,” katanya akhirnya, dengan suara nyaris berbisik.
Kami tahu perasaan ini rumit. Keluarga kami adalah bagian penting dari hidup kami, dan kami tidak ingin menghancurkan harmoni itu. Tetapi malam itu, kami memutuskan untuk berbicara dengan jujur, tanpa terburu-buru, tanpa tekanan.
Kami tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. Yang kami tahu, perasaan ini nyata, dan kami akan mencari cara untuk memahaminya dengan bijak, tanpa merusak apa yang sudah ada.