Xreindeers Ngewe Cowoknya Adik Pas Dia Nelpon di Balkon
Rina merasa kehidupannya sempurna. Ia memiliki suami yang penyayang, Andi, dan sahabat yang sangat dekat, Dina. Keduanya telah berteman sejak masa kuliah, dan hubungan mereka begitu dekat, seperti saudara. Rina sering mengundang Dina ke rumah, dan mereka menghabiskan banyak waktu bersama.
Namun, beberapa bulan terakhir, Rina mulai merasakan adanya yang berbeda. Andi, suaminya, yang biasanya perhatian, tampak lebih sering pulang terlambat dan jarang menghabiskan waktu di rumah. Dina juga tampak sedikit berubah, seakan ada sesuatu yang tersembunyi di balik senyumnya.
Suatu hari, Rina memutuskan untuk mengikuti perasaannya dan mencari tahu apa yang sebenarnya terjadi. Ia merasa ada yang tidak beres, dan saat itu ia merasa sangat terasing dari Andi. Rina menemukan pesan-pesan yang mencurigakan di ponsel Andi—pesan-pesan manis dan penuh perhatian yang ia kirimkan kepada Dina, sahabatnya sendiri. Rina terkejut dan tak bisa percaya dengan apa yang ia baca. Semua pertanyaan yang sudah lama ia simpan kini terjawab.
Dengan perasaan yang hancur, Rina menunggu sampai Andi pulang. Saat Andi akhirnya masuk rumah, Rina menatapnya dengan penuh luka. “Andi, apa yang terjadi?” tanyanya dengan suara yang gemetar. “Kenapa kamu melakukannya? Dengan Dina?”
Andi terdiam, wajahnya tampak bersalah. “Rina, aku tidak tahu harus bagaimana menjelaskannya. Aku… aku telah membuat kesalahan besar,” jawab Andi, suara penuh penyesalan.
Rina merasa dunia seakan runtuh. Ia tak tahu harus bereaksi bagaimana. Selama ini, ia begitu percaya pada suaminya, dan tak pernah terbayangkan bahwa Andi akan menyakitinya seperti ini. “Kenapa? Kenapa dengan Dina?” tanya Rina lagi, meski hatinya sudah hampir pecah.
Andi menghela napas dalam-dalam. “Aku tak bisa memberi alasan yang tepat. Aku tahu ini salah, dan aku benar-benar menyesal. Dina dan aku… kami terjebak dalam sesuatu yang tidak seharusnya terjadi. Aku sangat minta maaf, Rina.”
Rina merasa begitu bingung dan terluka. Sahabat yang ia percayai, suaminya yang ia cintai—semuanya kini terasa seperti sebuah pengkhianatan. Namun, ia tahu bahwa ia harus mengambil keputusan yang tepat untuk dirinya sendiri.
Dina datang ke rumah mereka keesokan harinya, dengan ekspresi cemas di wajahnya. “Rina, aku tahu kamu tahu. Aku minta maaf, aku benar-benar salah,” katanya dengan suara terbata-bata.
Rina menatapnya dengan mata yang penuh air mata, namun ia berusaha untuk tetap tegar. “Aku tidak tahu harus berkata apa, Dina. Aku sangat terluka oleh kalian berdua,” jawabnya dengan suara yang hampir tak terdengar.
Hari-hari setelah itu terasa sangat berat bagi Rina. Ia harus memutuskan apakah akan melanjutkan pernikahannya dengan Andi atau pergi dan mencari kebahagiaannya sendiri. Dia tahu, ini bukan hanya tentang pengkhianatan fisik, tetapi juga tentang rasa saling menghormati dan kepercayaan yang telah hancur.
Dengan waktu, Rina mulai memahami bahwa meskipun cinta bisa menyakitkan, ia harus memilih untuk mencintai dirinya sendiri terlebih dahulu. Dan meskipun luka itu dalam, ia tahu bahwa suatu hari nanti, ia akan sembuh dan menemukan kebahagiaan yang lebih baik.
